Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Mahkota Binokasih merupakan salah satu benda peninggalan di Kerajaan Sumedang Larang. Mahkota yang terbuat dari emas itu kini disimpan di Museum Geusan Ulun. Ternyata menurut cerita sejarah, Mahkota Binokasih ini sebetulnya berasal dari Kerajaan Galuh (Ciamis).
Mahkota Binokasih dibuat oleh Bunisora Suradipati yang merupakan salah satu Raja Kerajaan Galuh (1357-1371). Bunisora ketika memimpin Kerajaan Galuh untuk mewakili keponakannya putra mahkota Galuh, Niskala Wastu Kancana yang masih berusia 7 tahun. Raja Galuh Linggabuana yang merupakan ayah dari Wastu Kancana kala itu gugur.
“Eyang Wasru Kancana pada saat itu usinya masih 7 tahun, sementara yang memimpin pemerintahan Kerajaan Galuh adalah pamannya yang merupakan adik Linggabuana, yakni Bunisora,” ujar Budayawan Ciamis Aip Syaripudin, Sabtu (13/5/2023).
Dalam upaya persiapan menyambut keponakannya menjadi raja Galuh saat dewasa, Bunisora Suradipati pun membuat mahkota yang terbuat dari emas dengan berat sekitar 8 kilogram. Bunisora menamainya Mahkota Binokasih.
Mahkota Binokasih pun pertama kali dipakai oleh Niskala Wastu Kancana pada saat pelantikan Raja Galuh oleh Bunisora. Mahkota itu kemudian dipakai oleh Raja Galuh selanjutnya.
Lalu pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja, menyatukan Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda menjadi Kerajaan Sunda Padjadjaran. Awalnya ibukota Kerajaan Galuh yang berada di Kawali Ciamis, kemudian dipindahkan ke Bogor. Menurut cerita, Mahkota Binokasih pun turut dibawa. Estafet kepemimpinan Kerajaan Padjadjaran pun terus berlanjut hingga puluhan tahun.
“Setelah lama berjaya akhirnya Kerajaan Padjadjaran pun Burak (bubar) karena serangan Demak Dan Cirebon. Kemudian Mahkota Binokasih itu diberikan kepada Gesan Ulun Raja Kerajaan Sumedang Larang. Pada masa itu Kerajaan Sumedang Larang sedang eksis.
Ada banyak pertimbangan mahkota itu diserahkan dari Kerajaan Padjadjaran ke Sumedang Larang. Menurut Aip, Gesan Ulun masih memiliki keturunan dari leluhur Galuh.
“Jadi tidak akan ada Sumedang Larang kalau tidak ada Kerajaan Galuh. Tidak ada Galuh kalau tidak ada Tarumanagara, begitu juga Tarumanagara tidak akan ada kalau tidak ada Kerajaan Salakanagara,” ucapnya.
Sebagai bentuk Napak tilas, kali ini Sumedang melakukan Kirab Mahkota Binokasih. Dari Ciamis kemudian ke Bogor dan terakhir kembali ke Sumedang. (Ayu/CN/Djavatoday)