Kamis, April 25, 2024

BMKG Prediksi Fenomena Cuaca Ekstrem Hingga April Mendatang

Akhir-akhir ini fenomena cuaca ektrem sedang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Cuaca ektrem tersebut menyebabkan sejumlah wilayah diguyur hujan dengan intensitas lebat disertai dengan kilat dan juga angin kencang.

Pekan ini, publik juga dikejutkan dengan fenomena hujan es yang terjadi di Surabaya. Fenomena ini menjadi viral di media sosial setelah salah satu warga mengunggah foto dan video yang menunjukkan es berukuran sedang jatuh ke atap rumah mereka.

Menanggapi fenomena tersebut, Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberitahukan bahwa fenomena hujan es di prediksi akan terus terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga April mendatang. Berikut ulasan lengkapnya.

Peringatan potensi hujan es

Menurut Guswanto (22/2/2022), selaku Deputi Bidang Meteorologi BMKG mengatakan bahwa potensi fenomena cuaca ektrem berupa hujan es, puting beliung, hujan lebat yang di sertai kilat, petir dan angin kencang masih bisa terjadi hingga Maret-April mendatang.

BMKG mengingatkan agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi terjadinya fenomena hujan es yang di sertai kilat dan angin kencang. Fenomena ini di prediksi akan terjadi hingga April 2022.

Baca juga : Informasi Terbaru Pemberian Vaksin Booster dari Kemenkes

Imbauan agar masyarakat lebih waspada

Guswanto juga menambahkan, bahwa masyarakat di himbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem serta dampak yang di timbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, jalan licin, genangan air, dan pohon tumbang.

Penyebab terjadinya fenomena hujan es

Guswanto menambahkan bahwa hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal. Fenomena ini di tandai dengan jatuhnya butiran-butiran es dari awan dalam periode beberapa menit.

Hujan es di sebabkan karena adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan. Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi. Hal ini menandakan adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan Cumolonimbus

Kondisi tersebut menyebabkan terbentuknya butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar. Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan Cumolonimbus atau dikenal dengan istilah downdraft.

Kecepatan downdraft dari awan Cumolonimbus yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara. Ketika jatuh ke bumi pun masih berbentuk butiran es hingga menyebabkan fenomena hujan es. (Willy/Djavatoday)

Perolehan Suara Caleg DPR RI Dapil Jabar X dari Partai Golkar di Pemilu 2024, Agun Terbanyak

Berita Nasional (Djavatoday.com),- Pemilu 2024 telah selesai dilaksanakan dan kini memasuki tahapan rapat pleno di KPU. Kini beredar para Caleg DPR RI Dapil Jabar...

Pemadanan NIK-NPWP, Langkah Awal Pembaruan Sistem Pajak Satu Akses

Pemadanan NIK-NPWP bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dalam hal memudahkan mereka pada bagian administrasi perpajakan. Pembaruan tersebut juga merupakan Langkah awal yang...

Mampu Jaga Pertumbuhan Bisnis,  Direksi bank bjb Raih Best CMO Award 2023

Berita Nasional (Djavatoday.com) - bank bjb kembali mendapat apresiasi karena dinilai telah mampu menjaga pertumbuhan bisnis di tengah tantangan ekonomi nasional maupun global. bank...

Perkuat Kerjasama, bank bjb Gelar Gathering dengan Pemred Media Massa dan PWI Pusat  

Berita Nasional (Djavatoday.com), - bank bjb menyelenggarakan acara media gathering yang dihadiri Pemimpin Redaksi Media, Pemimpin Media, Pemimpin Organisasi Media di Indonesia. Acara tersebut...

Terpopuler

Lainnya