Berita Jakarta (Djavatoday.com),- Upaya pengambilalihan paksa Partai Demokrat bukan isapan jempol semata. Demikian dikatakan Wasekjen DPP Demokrat Jovan Latuconsina.
“Permasalahan tersebut harus menjadi perhatian semua pihak, dari mulai pemerintah hingga warga sipil. Ini bukan hanya masalah internal,” tegas Jovan, Selasa (2/1/2021)
Jovan menjelaskan, pihaknya memiliki berita acara perkara yang didasari laporan dari delapan kader Demokrat. Yakni berita acara terkait hasil pertemuan mereka bersama mantan kader yang dihadiri oleh KSP Moeldoko.
“Dalam permasalahan upaya pengambilalihan paksa Partai Demokrat ini, ke delapan kader internal itu akan kita proses sesuai konstitusi Partai. Hal itu menjadi masalah yang harus ditangani oleh internal kami,” ungkapnya.
Kemudian lanjut Jovan, mengenai munculnya nama tokoh yang dekat dengan Presiden. Hal itu harus segera diklarifikasi oleh Presiden.
“Dalam pembicaraan bersama kader kami, ada berbincangan tentang KSP Moeldoko yang mendapat restu Presiden,” ungkapnya.
Jovan menuturkan, hal ini yang mendasari Ketua PD Demokrat AHY menyerukan suaranya kepada Presiden. Agar mendapat klarifikasi, karena AHY meyakini bahwa itu merupakan pencatutan nama.
Sikap dan langkah ini dilakukan menyusul reaksi dari seluruh Ketua DPC dan Ketua DPD Partai Demokrat di Daerah. Mereka menyerukan amarah karena kepemimpinan sah melalui proses aklamasi pada Kongres V Partai Demokrat 15 Maret 2020 lalu diobrak-abrik oknum kader.
“Bahkan melibatkan oknum kader eksternal dan pihak-pihak luar yang berada dalam lingkaran kekuasaan,” tuturnya.
Jika Cinta, Jangan Ada Upaya Pengambilalihan Partai Demokrat
Jovan menegaskan, menggunakan jalan pintas untuk mencapai keinginan bukanlah sikap kesatria. Semua ada aturannya, jika Negara punya UU, Partai punya AD/ART sebagai dasar konstitusi.
“Kalau KSP Moeldoko mencintai Demokrat, silahkan daftar menjadi kader Partai Demokrat. Tapi untuk jadi Ketua Umum, harus mengikuti prosedur dan ikuti prosesnya,” paparnya.
Dalam permasalahan ini, Jovan menyampaikan rasa bangga kepada sosok AHY yang tidak membongkar nama KSP Moeldoko ke publik.
“AHY lebih memilih tidak mempublis nama KSP Moeldoko, meski seluruh kader meminta AHY membongkarnya. Beliau berpesan kepada kami, apapun kesalahannya, KSP Moeldoko adalah seniornya,” tutur Jovan.
Jovan mengungkapkan, dalam menghadapi upaya pengambilalihan Partai Demokrat ini AHY lebih mengedepankan sikap kesatria. (MM/Djavatoday)