Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Pondok Pesantren Banyulana yang merupakan pesantren salafiyah sukses budi daya melon premium. Pesantren yang berada di Desa Jelat, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, ini mampu meraup Rp 25 juta dalam sekali panen.
Berkat Budi daya melon premium tersebut, Pesantren Banyulana mampu mandiri. Hampir seluruh operasional pesantren yang berdiri sejak 1979 ini dipenuhi dari Budi daya melon.
Pesantren Banyulana mulai budi daya melon premium sejak 2021 dan berjalan hingga sekarang dengan omzet yang cukup untuk bekal para santri.
Pertamanya pesantren mendapat bantuan PBSI dari Bank Indonesia. Bantuan itu berupa pembangunan greenhouse untuk menanam cabai. Namun dalam pelaksanaannya, panen cabai tidak maksimal ditambah adanya pandemi Covid-19.
“Jadi waktu itu bibit sudah disemai, tiba-tiba pandemi jadi aktivitas terhambat termasuk dalam pembangunan greenhouse. Cabai hasilnya tidak maksimal,” ujar Pimpinan Pesanten Banyulana KH Darif Haidarifan, Jumat (2/8/2024).
Mengingat cabai tidak menguntungkan, Darif kemudian berinisiatif menanam melon premium. Berbekal informasi serta ada peluang dan belajar dari internet, para santri pun berhasil budi daya melon premium.
Pesantren Banyulana awalnya bekerja sama dengan pesantren daerah lain dengan membeli benih dan juga menjual melon yang ditunjuk oleh BI sebagai offtaker untuk pasar supermarket selama 2 tahun.
“Dari kerja sama itu tidak ada paksaan atau mengikat, boleh mempersilahkan ke tempat lain apabila ada pasar lebih bagus,” jelasnya.
Pesantren Banyulana Pasarkan Melon Premium Lewat Petik Sendiri
Akhirnya, Pesantren Banyulana pun mulai membuka greenhouse dengan sistem jual petik sendiri. Dengan sistem itu, pembeli tidak perlu ada sortir berbeda dengan pemasaran ke supermarket. Konsumen bisa mencari buah yang sesuai dengan keinginan dan terjangkau.
Dalam berjalan beberapa tahun budi daya melon, pesantren bisa membuat 2 greenhouse tambahan. Sehingga pesantren bisa panen setiap bulannya tidak harus menunggu 3 bulan sekali.
“Awalnya punya satu greenhouse dengan luas 300 meter persegi kapasitas 700 pohon. Kemudian nambah satu greenhouse dengan luas 500 meter persegi untuk 1.400 pohon. Ketiga luasnya 180 meter persegi dengan kapasitas 300 pohon,” ucapnya.
Melon premium yang ditanam berbagai jenis, seperti Intanon, fujisawa dan sweetnet dari Thailand. Harganya Rp 35 ribu perkilogram. Bobot per butirnya pun tersedia ukuran yang kurang dari sekilo, sehingga terjangkau untuk konsumen.
“Sekali panen, kita bisa panen yang terjual rata-rata sekitar Rp 25 juta. Itu yang petik langsung. Harganya tergantung jenis, jadi konsumen bisa pilih langsung jenis dan bobotnya yang terjangkau tapi kualitas premium,” jelasnya.
Untuk panen kali ini diperkirakan akan berlangsung pada pertengahan Agustus 2024 sampai dengan akhir Agustus 2024. Masyarakat pun bisa langsung datang dan petik sendiri. (Ayu/CN/Djavatoday)