Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Ketika berkunjung ke Situs Astana Gede Kawali, pengunjung akan melihat makan dengan ukuran yang panjang. Makam tersebut adalah tokoh penyebar Islam yakni Pangeran Usman.
Pangeran Usman merupakan ulama besar utusan dari Kesultanan Cirebon pada tahun 1643. Menurut cerita, makam Pangeran Usman dibuat panjang sebagai bentuk penghormatan dari masyarakat atas jasanya dalam menyebarkan agama Islam.
Budayawan Kawali Enno yang juga Petugas Dinas Pariwisata Ciamis mengatakan di Astana Gede Kawali dimakamkan dua ulama besar. Yakni Adipati Singacala dan juga Syekh Pangeran Usman.
Menurutnya, Pangeran Usman ini bukan merupakan orang Sunda tapi berasal dari Yaman, Timur Tengah. Pangeran Usman kemudian datang ke Cirebon dan bertemu dengan Syekh Syarief Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati selama 10 tahun.
Kemudian Pangeran Usman kemudian menikah dengan seorang santriwati bernama Anjung Sari yang ahli seni. Pangeran Usman dalam menyebarkan agama Islam tak lepas dari peran sang istri.
“Beliau mendapat gagasan untuk menyebarkan agama Islam melalui media kesenian. Salah satunya adanya Genjing Ronyok, seni Tarbang dan lain-lain,” katanya.
Menurut Enno, Pangeran Usman juga sebelum ke Kawali sempat menjadi juru tulis Sunan Gunung Jati. Pangeran Usman juga memimpin 5 ulama besar tersebut.
Di Kawali, Pangeran Usman juga pernah mendirikan pesantren yang lokasinya adalah Astana Gede Kawali saat ini. Pada masa itulah prasasti peninggalan Kerajaan Galuh terlindungi. Pangeran Usman menyembunyikan prestasi-prestasi Kawali itu di bawah pesantren, seperti melindungi dari Mataram.
“Kenapa begitu, justru Pangeran Usman dan Adipati Singacala itu melindungi. Jadi di abad 17, lagi gencar-gencarnya agama Islam berdatangan. Islam itu juga terbagi ada Islam murni, ada juga Islam yang ditumpangi dengan politik dan kekuasaan,” ucapnya. (Ayu/CN/Djavatoday)