Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Situ Lengkong Panjalu tak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kisah sejarah dan legenda yang melekat. Destinasi wisata religi ini menarik banyak peziarah, terutama dari Jawa Timur, yang datang tidak hanya untuk berwisata, tetapi juga untuk menyelami legenda yang kental dengan nilai budaya dan kepercayaan masyarakat setempat. Salah satu legenda terkenal adalah kisah Maung Panjalu.
Menurut cerita yang diwariskan secara turun-temurun, Maung Panjalu adalah harimau jelmaan dari dua anak kembar, Bongbang Larang dan Bongbang Kencana. Ini dikisahkan sebagai penjaga wilayah Panjalu di sebelah utara Kabupaten Ciamis.
Saat berkunjung ke Panjalu, wisatawan akan disambut oleh dua patung harimau di gerbang wilayah ini, juga di Alun-Alun Panjalu Taman Borosngora. Ada juga di pintu masuk Nusa Gede, sebuah pulau yang berada di tengah Situ Lengkong Panjalu.
Menurut Raden Agus Gunawan, Pemangku Adat Panjalu, kisah Maung Panjalu bermula dari dua anak kembar yang berubah menjadi harimau putih dan hitam akibat melanggar pesan orang tua.
“Anak kembar ini, seorang laki-laki bernama Bongbang Larang dan seorang perempuan bernama Bongbang Kencana. Lahir dari pasangan asal Padjajaran dan seorang raja dari wilayah Timur. Ketika mereka tiba di Panjalu, anak kembar ini diberi larangan untuk tidak meminum air dalam kendi,” ungkap Agus.
Melanggar Larangan Orang Tua
Namun, anak kembar itu tidak mematuhi larangan tersebut. Mereka justru meminum air dari kendi, yang menyebabkan kendi tersebut menempel di kepala mereka.
“Untungnya, seorang yang bernama Eyang Jabariah, atau Aki Garahang, berhasil melepaskan kendi tersebut dengan memecahkannya menggunakan sebuah kujang, senjata tradisional yang berbeda dari biasanya,” jelasnya. Kujang itu, menurutnya, sering digunakan dalam tradisi Nyangku, sebuah ritual tahunan di Panjalu.
Setelah kejadian itu, anak kembar ini kembali diperingatkan untuk tidak bermain di kolam mata air di sekitar wilayah tersebut. Namun, mereka kembali melanggar amanat Eyang Garahang. Bongbang Larang, yang melihat air jernih di kolam itu, merasa tertarik untuk berenang. Saat ia keluar dari air, tubuhnya berubah menjadi harimau hitam. Tak tega melihat kakaknya berubah, Bongbang Kencana pun ikut terjun ke kolam, dan ia pun berubah menjadi harimau putih.
“Dua harimau ini kemudian berjanji untuk tinggal di Panjalu dan menjaga para keturunan Panjalu yang hidup dalam keilmuan serta kesejahteraan Panjalu. Kisah ini mengandung makna bahwa setiap aturan harus ditaati, sebab melanggar pesan orang tua bisa mendatangkan konsekuensi yang tidak diinginkan,” jelas Agus.
Nilai dari Kisah Legenda Maung Panjalu
Dosen sekaligus pegiat budaya Universitas Galuh, Ilham Purwa, menambahkan bahwa legenda Maung Panjalu mengandung banyak hikmah dan nilai budaya yang relevan hingga kini. Misalnya, larangan minum langsung dari kendi dalam legenda tersebut mencerminkan nilai kesopanan yang dianut masyarakat.
“Dulu, aturan ini bermakna bahwa kita sebaiknya tidak makan atau minum langsung dari tempat penyimpanan. Tetapi menggunakan alat yang lebih pantas seperti piring atau gelas,” terang Ilham.
Lebih lanjut, Ilham juga menjelaskan bahwa legenda harimau hitam dan putih merupakan simbol keseimbangan antara kebaikan dan keburukan. Menunjukkan setiap manusia memiliki sisi baik dan buruk dalam dirinya.
“Anak-anak perlu menghormati dan menaati nasihat orang tua, serta menghargai nilai-nilai historis dan simbolis yang ada di setiap tempat,” tambahnya.
Legenda Maung Panjalu menjadi salah satu warisan cerita yang memperkaya khazanah budaya Panjalu. Selain menjadi simbol kearifan lokal, kisah ini juga memberikan pesan tentang pentingnya kesopanan, ketaatan, dan pengendalian diri. Hal ini dapat dipetik sebagai pelajaran hidup bagi generasi sekarang dan masa depan. (CN/Djavatoday)