Setiap keluarga pasti memiliki masalahnya tersendiri. Namun sang anaklah yang akan menanggung risiko terpahit jika melihat kedua orang tuanya bercerai. Hal ini akan berdampak pada kondisi kejiwaan sang anak, apalagi bagi anak yang berusia 7 sampai 13 tahun.
Anehnya para orang tua seringkali beranggapan bahwa anak mereka baik-baik saja. Padahal disadari atau tidak, hal ini akan memberikan dampak yang besar bagi sang anak bahkan ketika ia tumbuh dewasa. Berikut ulasannya.
Baca juga : 5 Dampak Buruk Medsos Bagi Anak Remaja
Mudah marah atau emosi
Rasa marah merupakan refleksi dari rasa kecewa sang anak terhadap perceraian kedua orang tuanya. Emosi anak perlahan mulai menjadi tidak stabil ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai.
Setelah perceraian, anak akan mengalami krisis transisi. Biasanya luapan emosi sang anak disalurkan melalui dua cara. Pertama memilih mengeluarkan semua amarahnya, dan yang kedua memutuskan dengan cara berdiam diri.
Ketika sang anak menunjukkan amarah Mama harus mampu bersabar dan meyakinkan dia bahwa Mama dan Papanya akan tetap mengurus dan menyayanginya. Jika anak marah dengan berdiam diri, maka kedua orang tuanya harus mampu mengajak dia berbicara untuk mengeluarkan isi hati yang ia rasakan.
Lebih sensitif
Selain mudah marah, anak akan menjadi mudah tersinggung ketika berbicara tentang keluarganya. Hal ini terjadi karena pikirannya telah merekam semua memori kelam yang terjadi pada keluarganya.
Emosi yang tidak stabil ini akan membuat dia mudah menangis dan merasa sedih. Jika sang anak dulunya sangat ceria, ketika orang tuanya bercerai bisa saja mereka akan berubah menjadi pendiam dan pemurung.
Sering merasa kesepian
Tidak ada anak yang menginginkan kedua orang tuanya bercerai. Kondisi ini seketika akan mengubah dunianya. Kini mereka tidak bisa melihat ayah dan ibunya tinggal dalam satu rumah.
Hal inilah yang menyebabkan sang anak sering merasa kesepian karena ia merasa kondisinya tidak lagi sama seperti dulu. Ia masih membutuhkan kedua sosok orang tua yang menyayangi dan menemani mereka tanpa batasan tempat dan waktu.
Memiliki perasaan yang rapuh
Anak yang broken home akan lebih sering menangis. Oleh karena itu perasaannya mudah rapuh karena ia pernah terluka oleh perceraian orang tuanya.
Tidak percaya diri
Kondisi ini akan terjadi jika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Beban mental yang ditanggung oleh anak akibat perceraian dapat membuat sang anak tidak percaya diri, menutup diri, sering menghindar dari keramaian bahkan lari dari masalah.
Hidup namun seperti tidak benar-benar hidup
Ketika orang tuanya bercerai, kondisi ini sebenarnya merupakan titik terendah bagi sang anak. Dia kehilangan keceriaan, impiannya bahkan dunianya juga akan ikut berubah.
Itulah ulasan mengenai perasaan seorang anak yang orang tuanya bercerai. Jika kebetulan perceraian menimpa Anda dan pasangan, ada baiknya jika kalian mengesampingkan ego dan tetap mendampingi sang anak sampai tumbuh dewasa. Jagalah mereka dari perbuatan-perbuatan negatif yang merugikan. (Willy/Djavatoday)