Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Di tengah anggapan bahwa profesi petani kurang diminati generasi muda, Rifki Ruyat Mukti, pemuda asal Kelurahan Benteng, Kabupaten Ciamis, membuktikan bahwa bertani bisa menjadi peluang menjanjikan. Berkat kegigihannya, Rifki kini mampu menghidupi keluarganya dari hasil pertanian dan menginspirasi pemuda lainnya untuk mengikuti jejaknya.
Pria berusia 36 tahun ini mulai menekuni dunia pertanian sejak empat tahun lalu dengan mengelola lahan milik orang tuanya seluas 150 bata. Ia menanam berbagai sayuran dan buah-buahan seperti terong, bayam, semangka, hingga pepaya.
“Awalnya saya melihat lahan kosong yang tidak dimanfaatkan. Saya juga melihat potensi besar di sektor pertanian, terutama jika bisa memutus rantai distribusi untuk satu komoditas. Itu peluang besar,” ujar Rifki saat ditemui di kebunnya, Jumat (10/1/2025).
Dari Pekerja Pabrik ke Petani Muda Ciamis
Sebelum menjadi petani, Rifki bekerja di sebuah pabrik pestisida di Bandung. Pengalamannya bertemu dengan petani-petani sukses di sana menjadi titik balik yang menginspirasi dirinya untuk terjun ke dunia pertanian.
“Melihat kesuksesan mereka membuat saya tertarik. Saya mulai belajar dan akhirnya memutuskan pulang ke Ciamis untuk menggarap lahan milik orang tua,” kenangnya.
Awalnya, Rifki belajar bertani bersama orang tuanya. Setelah memahami dasar-dasarnya, ia mulai mengelola lahannya sendiri. Rifki mengaku ingin menunjukkan kepada generasi muda Ciamis bahwa petani adalah pekerjaan yang menjanjikan.
Keberhasilan Pertama dan Diversifikasi Tanaman
Rifki mengawali usahanya dengan menanam terong di lahan 100 bata. Hasilnya, ia berhasil memanen hingga 40 kali dalam tiga bulan dengan omzet mencapai Rp 10 juta. Setelah itu, ia mencoba menanam komoditas lain seperti bayam, semangka, pepaya, timun suri, jagung manis, bahkan melon—meskipun sempat gagal.
“Sekarang saya mengelola lahan sekitar 200 bata. Saya mengkombinasikan tanaman jangka panjang seperti pepaya dengan tanaman jangka pendek seperti semangka dan jagung agar penghasilan tetap stabil,” jelas Rifki.
Rata-rata, Rifki mendapatkan penghasilan bersih Rp 2,5 juta per bulan. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, termasuk istri dan seorang anak. “Alhamdulillah, meskipun sederhana, hasilnya cukup untuk hidup di Ciamis,” tambahnya.
Tantangan dan Dukungan Keluarga
Meski terlihat sukses, perjalanan Rifki sebagai petani tidak selalu mulus. Ia sering menghadapi tantangan seperti serangan hama dan risiko gagal panen. Namun, dengan ketekunan, ia terus belajar, baik secara otodidak maupun melalui pendampingan dari instansi pemerintah.
“Kadang saya membuat pupuk sendiri untuk mengatasi masalah. Pemerintah juga cukup membantu melalui program pendampingan,” katanya.
Kesuksesan Rifki juga tidak lepas dari dukungan istrinya. Sang istri, kata Rifki, lebih mendukung dirinya menjadi petani daripada bekerja di tempat lain. “Jadi petani harus kuat mental. Jangan menyerah hanya karena gagal panen sekali. Jika masalah bisa diatasi, ke depannya akan lebih mudah,” ungkapnya.
Selain mengatur waktu kerja secara fleksibel, Rifki kini juga bekerja sama dengan petani muda lainnya, seperti Agus. Ia percaya bahwa keberhasilan di dunia pertanian sangat bergantung pada manajemen dan tata kelola yang baik.
“Intinya, jangan gengsi jadi petani. Kalau dikelola dengan benar, hasilnya bisa luar biasa,” tutup Rifki, yang kini menjadi inspirasi bagi generasi muda Ciamis untuk melihat potensi besar di dunia pertanian. (Ayu/CN/Djavatoday)