Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Tradisi Merlawu di Situs Patapan Dipakusumah di Dusun Citamiang Wetan, Desa Ciparigi, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis, kembali dilaksanakan. Kegiatan budaya ini diikuti oleh ratusan warga berbagai kalangan setiap bulan Rabiul Awal.
Merlawu merupakan bentuk rasa syukur yang diwujudkan dalam tawasulan. Mendoakan orang terdahulu, nenek moyang atau karuhun, berdoa kepada Alloh SWT untuk senantiasa diberikan keselamatan.
Kemudian membersihkan area makan dan diakhiri dengan makan bersama atau botram. Merlawu juga sebagai bentuk penghargaan kepada para penyebar agama Islam di wilayah Tatar Galuh.
Tradisi tersebut telah dilakuka secara turun temurun. Warga Ciparigi tetap menjaga dan melestarikannya. Kegiatan tersebut juga kerap dihadiri oleh anak-anak sekolah hingga unsur pemerintahan, baik desa, kecamatan maupun kabupaten.
Ahmad Rizki Fauzi, Pegiat Sejarah dan Budaya dari Komunitas Cakra Mangsa yang bergerak di Bidang Pengembangan Budaya Sukadana menjelaskan tentang tradisi Merlawu.
Menurutnya, Merlawu merupakan upacara tradisi yang dilaksanakan di sejumlah desa di Ciamis. Menurut bahasa, Merlawu berasal dari dua kata. Kata mer berarti saling/berbagi dan lawuh artinya makanan/lalawuhan.
“Jadi Merlawu berarti makan bersama, saling mencicipi makanan, atau dalam arti lain adalah syukuran atas hasil panen,” ungkap Fauzi.
Antusiasme warga untuk mengikuti tradisi Merlawu di Situs Patapan sangar tinggi. Sehingga setiap tahunnya, ratusan warga baik warga lokal maupun daerah tetangga ikut menghadirinya. Dalam pengelolaannya, tradisi Merlawu dikelola oleh Paguyuban Manik Dipakusumah.
“Kemungkinan dulu Merlawu itu sederhana. Berangkat ke makam, kemudian bebersih, beberes menata makan. Setelah itu istirahat sambil botram makan bersama saling mencoba makanan antar warga. Seiring zaman, Merlawu ditambah dengan tausiah dan sedikit hiburan kesenian di luar area makam,” jelasnya. (Ayu/CN/Djavatoday)