Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Kesenian helaran Munding Ki Bowang berasal dari Dusun Banjarwaru, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Seni pertunjukan ini diciptakan berdasarkan cerita rakyat yang menceritakan kejadian zaman dahulu yang terjadi di Dusun Banjarwaru.
Bentuk kesenian helaran ini mirip seperti teatrikal. Dua orang memainkan kostum kerbau berukuran besar sedang mengamuk. Kemudian ada beberapa orang lainnya sedang menaklukan munding tersebut.
Kabid kebudayaan Disbudpora Ciamis Muharram A Zajuli didampingi Pamong Budaya Ahli Muda Eman Hermansyah menjelaskan kisahnya. Konon pada masa lalu ada seorang pendekar atau jawara yang sakit bernama Ki Bowang.
Ki Bowang merupakan seorang tokoh yang dikenal sangat mencintai melindungi dan mengayomi masyarakat. Sehingga daerah tersebut dalam keadaan aman dan tidak ada yang berani melakukan tindak kejahatan.
Namun pada suatu waktu terjadi kekacauan di daerah tersebut. Masyarakat menjadi resah sebab segerombolan kerbau atau munding tiba-tiba mengamuk. Munding tersebut biasa untuk membajak sawah.
“Pada saat itu menurut cerita tidak ada warga yang berani menangkap dan menaklukan munding tersebut. Mengingat ukuran kerbau sangat besar,” ujar Eman, Selasa (27/7/2022).
Menurut Eman, kerbau tersebut merusak dan juga mengacak-acak semua benda sekitar. Kejadian itu membuat masyarakat setempat menjadi ketakutan.
Kemudian Ki Bowang sebagai tokoh masyarakat daerah tersebut mencari cara supaya menaklukan kerbau tersebut. Lalu ia berpikir untuk menjebak kerbau tersebut menggunakan jebakan getah atau leugeut. Jebakan itu buatan warga secara gotong royong.
“Diceritakan dengan berani Ki Bowang diarahkan atau dipancing ke tempat jebakan yang telah dibuat. Akhirnya munding tersebut berhasil takluk oleh Ki Bowang menggunakan jebakan getah bersama masyarakat,” katanya.
Menurut Eman dengan adanya peristiwa itu sebuah lokasi Banjarwaru, Kawali ini bernama Baruang Leugeut.
Filosofi Kesenian Munding Ki Bowang
Eman menjelaskan filosofi dari kesenian Munding Ki Bowang adalah satu tatanan kemasyarakatan yang bisa menciptakan keamanan dan ketentraman berkat pemimpin yang berani. Memiliki jiwa seorang pemimpin yang mampu mengayomi masyarakatnya. Peduli terhadap masalah masyarakat.
Namun pemimpin juga harus mendapat dukungan dan kerja sama dari masyarakat. Terutama memiliki sumber daya yang unggul. Sehingga kemananan dan ketentraman wilayah serta kesejahteraan masyarakat bisa tercipta.
“Filosofinya pemimpin yang mampu mengayomi masyarakat. Begitu juga masyarakatnya yang ikut mendukung dengan bergotong-royong,” pungkasnya. (Ayu/CN/Djavatoday)