Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Mantan Narapidana bisa dikatakan salah satu kaum marjinal. Mereka harus hidup dalam stigma negatif di masyarakat. Hal itu yang mendorong Ali Yulchoas mendirikan Yayasan untuk wadah pembinaan bagi para mantan narapidana di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Ali Yulchoas, Ketua Yayasan Anugerah Insan Residivis Ciamis, mengaku sangat sulit untuk mendapat kepercayaan lingkungan dan keluarga. Hal itu juga membuat narapidana sulit untuk mendapat pekerjaan.
“Hal itu mendorong saya untuk mendirikan yayasan ini,” ujar Ali, Kamis (3/8/2023).
Ali mendirikan yayasan tersebut pada 13 Mei 2018. Jauh sebelum itu, selama belasan tahun ia berjuang untuk membangun wadah tersebut sampai akhirnya resmi mendapat surat keputusan dari Kemenkumham.
Menurut Ali, salah satu faktor penyebab mantan narapidana kembali melakukan aksi kejahatan karena tidak mendapat kepercayaan dan pekerjaan. Yayasan tersebut hadir untuk memberikan pelatihan bagi para residivis. Sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu.
“Setelah keluar dari Lapas kami itu bingung, cari kerja susah, kemudian image masyarakat yang negatif membuat kita down,” ucapnya.
Ali menjelaskan mantan narapidana yang menjadi bagian dari Yayasan adalah yang benar ingin meninggalkan masa kelam. Tidak ada mabuk-mabukan dan narkoba atau hal negatif.
“Bagi yang belum bisa sepenuhnya berubah kami lakukan pembinaan. Intinya berjuang bersama-sama, para mantan ini tidak sendirian. Sehingga para mantan ini dapat berubah dan kembali mendapat kepercayaan masyarakat,” jelasnya.
Dalam menghidupi yayasan, Ali menyebut melakukannya bersama-sama. Mulai dari ngamen hingga mencari donatur.
Ali pun berharap ada perhatian dari pemerintah kepada para mantan narapidana Ciamis. Setelahnya keluar lapas, para mantan ini sudah memiliki keahlian dari pembinaan lapas. Hal itu setidaknya menjadi peluang bagi pemerintah untuk menyalurkannya untuk bekerja.
“Jangan memandang sebelah mata. Pemerintah harus lebih perhatian dengan memberikan kemudahan akses. Bantu mereka minimal kemudahan dalam membuat dokumen kependudukan. Harapannya anak-anak mantan napi mendapat bantuan kebutuhan dasar dan sekolah. Tak sedikit mereka putus sekolah dan mendapat ejekan dari lingkungan,” pungkasnya. (Andra/CN/Djavatoday)