Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Menikmati kopi dengan cara diseduh sudah biasa, tapi berbeda dengan Kopi Golodog atau Kopi Godog minuman khas dari Sukadana, Kabupaten Ciamis. Kopi ini sangat istimewa dari penyajian hingga cara meminumnya.
Kopi ini tidak sembarang dibuat dan dinikmati, tapi hanya pada saat acara tertentu saja seperti tradisi, hajatan, khitanan dan acara besar lainnya. Seperti dalam acara Hajar Bumi Cariu, Desa Sukadana, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis, beberapa waktu lalu.
Kopi ini punya rasa yang manis dan gurih dari campuran gula aren dan santan kelapa. Sedangkan kopinya masih berbentuk biji yang sebelumnya disangrai. Jadi cara meminumnya dengan cara mengunyah biji kopi sambil menyeruput cipati atau campuran gula aren dan santan kelapa.
Menurut cerita, Kopi Golodog khas Sukadana ini sudah ada ada sejak abad ke-17, yakni masa Kanjeng Dalem Cakradita. Dalem Cakradita merupakan seorang pemimpin wilayah Sukadana pada masa lalu. Kopi Golodog ini adalah kesukaannya.
“Untuk tepatnya kapan belum diketahui pasti, namun cerita dari masyarakat, Kopi Golodog atau Kopi Godog ini sudah ada sejak abad ke -17,” ujar Ahmad Rizki Fauzi, Pegiat Sejarah dan Budaya dari Komunitas Cakra Mangsa yang bergerak di Bidang Pengembangan Budaya di Sukadana.
Fauzi menjelaskan proses pembuatan Kopi Godog. Pertama membuat cipati, atau campuran dari gula Kawung dengan santan dengan komposisi tertentu. Cipati tersebut dimasak hingga mendidih. Kemudian biji kopi disangrai sampai kehitaman.
“Kopi yang sudah menghitam itu kemudian dimasukan ke dalam Cipati yang mendidih. Kopi Godog siap disajikan saat masih panas,” katanya.
Fauzi menuturkan, rasa Kopi Godog ini lebih mirip bajigur tapi lebih pekat. Kemudian ada sensasi pahit dari biji kopi yang harus dikunyah di dalam mulut. Namun bagi yang perutnya tidak kuat, sebaiknya tidak meminum terlalu banyak karena akan membuat perut tidak nyaman.
“Kopi Godog ini didesain supaya diminum terlalu banyak dan semua bisa kebagian,” jelasnya.
Kopi Golodog Khas Sukadana Tak Sembarangan Disajikan
Untuk di setiap tradisi atau acara perkumpulan masyarakat, kopi golodog ini disajikan seperti minuman lainnya. Seperti pada hajatan, sunatan atau malam towong dan hajat bumi. Tapi khusus di Situs Keramat Lengkong ada ritual tersendiri dan disajikan hanya setiap Tradisi Mupunjung di bulan Muharram.
Kopi Golodog itu dibawa ke keramat sebagai sesaji. Kemudian masyarakat melaksanakan tawasul bersama-sama, setelah itu disalar. Di mana kopi godog beserta makanan sesaji lainnya dibawa ke luar untuk kemudian dimakan diminum bersama-sama.
“Sebetulnya yang buat kopi godog bisa siapa saja, tapi sekarang memang yang bisa membuatnya hanya Kuncen Lengkong,” ungkapnya.
Fauzi menjelaskan, kopi golodog juga biasa disajikan pada saat ada panen yang dibuat oleh pemilik lahan. Jadi kopi itu dibuat pada malam harinya lalu disuguhkan pada saat panen. (Ayu/CN/Djavatoday)