Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Salah satu ikon Kabupaten Ciamis yang cukup terkenal adalah air mancur bunga rafflesia di Taman Rafflesia Alun-alun Ciamis. Bagaimana ceritanya?
Taman Rafflesia merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang masih satu komplek dengan Alun-alun Ciamis. Sebelum jadi taman, dulunya lokasi tersebut adalah pasar dan kawasan perkantoran.
Kemudian pada masa pemerintahan Bupati Ciamis Taufik Hidayat (1988-1993), pasar dipindahkan dan kawasan itu dibangun ruang terbuka hijau. Bupati Taufik juga dikenal sebagai bupati yang menata perkotaan Ciamis.
“Taman Rafflesia dibikin lebih muda dari Alun-alun Ciamis di awal 90-an. Dulunya adalah pasar dan perkantoran,” ujar Ilham Purwa, Akademisi Universitas Galuh Ciamis dosen Kegaluhan.
Pada masa pembangunannya, taman dengan tematik air mancur sedang tren. Sehingga Pemkab Ciamis membangun taman atau ruang terbuka hijau itu dilengkapi dengan air mancur berukuran besar.
“Pada masa itu sedang tren, patokan dasar taman kota identik dengan air mancur,” jelas Ilham.
Pembangunan air mancur dengan bentuk ikonik bunga rafflesia patma atau dikenal juga dengan bunga bangkai itu ada alasannya. Bunga rafflesia juga tumbuh di pesisir Pangandaran tepatnya di Cagar Alam Pananjung.
Pada waktu itu, Pangandaran masih merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ciamis. Hanya saja pada tahun 2012 memisahkan diri menjadi daerah otonomi baru, Kabupaten Pangandaran.
“Tentunya bunga rafflesia itu kan termasuk tanaman langka, sehingga oleh Pemkab Ciamis dibangun air mancur berbentuk bunga rafflesia. Sehingga nama taman itu dikenal Taman Raflesia,” ucapnya.
Tujuan Dibuat Air Mancur Bunga Rafflesia di Alun-alun Ciamis
Ada pun tujuan lain mengambil bunga rafflesia sebagai ikon adalah untuk mengkampanyekan dan mengedukasi bahwa bunga raflesia adalah tanaman langka yang dilindungi.
“Dulu juga sebagai bentuk pelestarian ada prangko dengan gambar bunga rafflesia. Intinya air mancur di Ciamis dibuat dengan bentuk bunga rafflesia ketika Pangandaran masih masuk bagian dari Ciamis,” jelasnya.
Menurut Ilham, ikon bunga raflesia yang saat ini sudah dikenal di Ciamis sudah tidak relevan lagi. Alangkah baiknya Pemkab Ciamis mencari ikon baru untuk air mancur di taman tersebut.
“Dulu pada saat perancangan Alun-alun sempat diajukan didesain bahkan pernah ada demo masyarakat mendesak mengganti bunga bangkai itu. Secara administratif juga Pangandaran sudah berpisah,” ungkap Ilham.
Bagi Ilham, untuk air mancurnya sendiri masih relevan namun ikonnya yang perlu diperhatikan. Seperti ada komponen yang mewakili Galuh, bisa Ciung Wanara atau Sang Manarah.
“Masukannya kepada Pemkab Ciamis apabila akan mengganti ikon bunga raflesia itu bagusnya bertanya atau berdiskusi dengan budayawan dan tokoh dan kalangan masyarakat,” pungkasnya. (Ayu/CN/Djavatoday)