Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Genjring Ronyok adalah salah satu kesenian buhun yang berasal dari Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kesenian ini merupakan peninggalan Pangeran Usman, sebagai seorang tokoh penyebar Islam di wilayah tersebut.
Genjring atau rebana dipakai oleh Pangeran Usman yang diutus kesultanan Cirebon sebagai sarana untuk menyebarkan Islam di wilayah Kawali pada tahun 1643. Kesenian ini hampir sama seperti rebana, ditabuh mengiringi salawat atau berjanji.
Genjring ronyok kerap ditampilkan pada setiap kegiatan keagamaan atau acara besar di Kawali, termasuk di Astana Gede Kawali. Saat ini mayoritas pemain Genjring ronyok adalah lansia yang usianya 50 tahun ke atas.
“Awalnya pada masa pemerintahan Pangeran Usman di Kawali, yang sekarang makamnya di Astana Gede Kawali. Beliau syiar Islam menggunakan alat musik ini,” ujar Mahmud, Ketua Genjring Ronyok Tepak Lima Kawali.
Mahmud mengatakan Genjring Ronyok ini sempat vakum atau tidak mainkan. Namun ada pemuka agama bernama Ajengan Ihat kembali membuka dan melestarikannya hingga eksis sampai sekarang.
“Seiring waktu asa penelitian dari STSI Bandung, lalu ditambahkan namanya Seni Genjring Ronyok Tepak Lima. Sudah ada akta notarisnya,” ungkapnya.
Mahmud bersama rombongannya pun terus melestarikan dan mengembangkannya ke generasi penerus. Namun pihaknya ingin ada sentuhan dan dukungan dari pemerintah terkait beeradan seni tradisi religi ini.
“Memang untuk pentas kebanyakan masih usia tua. Tapi kami mulai mengembangkannya ke generasi muda, tujuannya agar Genjring Ronyok ini tetap lestari,” ungkapnya.
Mahmud menjelaskan, satu set Genjring rontok ada 4, kemudian ditambah tepak 5. Yakni tepak kincar, tepak gejos, tepak rumyang, rudat dan tepak genjring tilu.
“Dimainkan mengiringi salawat Al berjanji. Maksudnya untuk ngalap barokah,” jelasnya. (Ayu/CN/Djavatoday)