Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memiliki banyak cerita urban atau mitos dari masyarakat yang menarik untuk dibahas. Seperti cerita Sungai dan Bendung Nagawiru di Kelurahan Sindangrasa, Kecamatan Ciamis.
Konon Sungai Nagawiru ini terbentuk dari bekas jalur seekor ular naga raksasa bernama Nagawiru. Ular ini merupakan mahluk mitologi pada masa Kerajaan Galuh.
Sedangkan Bendung Nagawiru merupakan salah satu bangunan monumental dan bersejarah yang digagas atau dibangun oleh Bupati Galuh RAA Kusumadiningrat pada tahun 1839-1887. Bendung Nagawiru dibangun untuk mengairi pertanian dan perikanan warga perkotaan.
Ilham Purwa, Akademisi Dosen Kegaluhan Universitas Galuh Ciamis, mengatakan Sungai Nagawiru memiliki cerita mitologi yang cukup kuat dan tidak lepas dari Kerajaan Galuh.
Menurutnya, Nagawiru digambarkan sebagai seekor ular raksasa. Diketahui Ular Nagawiru ini yang mengerami telur ayam milik Ciung Wanara. Pada masa lalu, ular Nagawiru yang merupakan mahluk mitologi ini kerap bertemu dengan Ki Ajar Sukaresi, Raja Galuh ayah dari Ciung Wanara.
Konon, untuk bertemu Ki Ajar Sukaresi di Karangkamulyan, Nagawiru dari arah barat melintasi jalur yang kini menjadi sungai tersebut. Seiring waktu, bekas lintasan tersebut dialiri air dari Sungai Cileueur.
“Nagawiru sering berkomunikasi dengan Ki Ajar Sukaresi. Konon Sungai Nagawiru terbentuk dari bekas jalur lintasannya, itu cerita masyarakat Galuh. Ki Ajar Sukaresi kemudian memutuskan menjadi seorang Petapa di Gunung Padang Sindangkasih,” ujar Ilham.
Sedangkan Bendung Nagawiru merupakan salah satu bendung yang dibangun oleh Bupati Galuh RAA Kusumadingrat antara 1839-1886. Bendung ini cukup terkenal karena berada di pusat perkotaan.
“Dibuat untuk mengairi wilayah perkotaan Ciamis tujuannya untuk meningkatkan produksi pertanian. Sampai saat ini di wilayah tengah perkotaan Ciamis pun masih ditemukan kolam-kolam ikan. Seperti di arah janggala, kaum,” ungkapnya.
Menurut Ilham, air Sungai Nagawiru juga bersumber dari Sungai Cileueur. Kemudian masuk ke saluran-saluran irigasi, melintasi perkotaan lalu kembali ke Cileueur. (Ayu/CN/Djavatoday)