Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Kabupaten Ciamis memiliki banyak tradisi budaya yang menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah Budaya Mopoek Lembur Anjangan Festival di Dusun Bangbayang Kidul, Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis.
Tradisi tersebut telah digelar masyarakat secara turun temurun setiap setahun sekali. Mopoek Lembor berarti membuat kampung menjadi gelap gulita.
Mopoek Lembur merupakan kegiatan mematikan lampu atau aliran listrik di setiap rumah. Dilaksanakan dari awal magrib sampai waktu isya. Sebelum dilaksanakan, diawali dengan aba-aba yang di sampaikan melalui pengeras suara masjid.
Selama proses sakral itu, penerangan yang digunakan dari sumber cahaya tradisional seperti cempor, lilin atau obor. Tradisi tersebut diselenggarakan oleh warga di Dusun Bangbayang Kidul.
“Jadi menciptakan atau mengenang suasana malam pada masa lalu ketika belum ada aliran atau lampu listrik. Kegiatannya tadi malam,” ujar Ketua Panitia Tradisi Engkon Furqon.
Nilai dari tradisi budaya mopoek lembur untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda agar selalu bersyukur atas kemajuan perkembangan zaman. Kegiatan ini juga untuk mengenang (panineungan) pada saat para orang tua di Bangbayang hidup sebelum adanya listrik masuk desa.
“Orang tua zaman dulu tidak ada listrik maka anak generasi sekarang harus bersyukur dengan teknologi yang ada,” tegasnya.
Tradisi tersebut berjalan dengan lancar atas prakarsa dari Karang Taruna Iraba, seluruh lapisan elemen masyarakat Dusun Bangbayang Kidul, Pembeda Bangbayang dan Disbudpora Ciamis. Usai mopoek lembur kemudian digelar hiburan wayang golek.
Kini tradisi Mopoek Lembur Anjangan Festival sudah masuk dalam calendar of event Ciamis oleh Disbudpora Ciamis.
Selain Mopoek Lembur, Ada Juga Budaya Anjangan
Budaya ini kembali dihidupkan oleh Pemdes Bangbayang untuk merekonstruksi kembali tradisi anjang-anjangan yang telah berkembang di masyarakat dalam kemasan yang lebih lengkap.
Gagasan untuk menyelenggarakan budaya Anjangan digagas oleh Asep Riky Darmawan, Umar Habsi, Rudi Hendra dan didukung oleh Pemuda Karang Taruna Iraba, RT/RW dan tokoh masyarakat.
Anjangan ini untuk mengantisipasi dampak negatif di lingkungan generasi muda, dari arus globalisasi dan modernisasi yang mengikis nilai-nilai kearifan lokal. Melalui budaya Anjangan diharapkan generasi muda Bangbayang secara umum lebih mencintai lemah cai dan kampung halamannya. Menjaga nilai silaturahmi antar warga.
“Anajangan dilaksanakan usai nyekar di Pasir Tangkil. Di Dusun Bangbayang Kidul kan ada 10 RT, setiap RT mengirimkan makanan tradisional. Terdiri dari 5 makanan manis dan 5 makanan asin. Contohnya orog, oyek, angen lompong, seupan dan oer. Sedangkan makanan manis seperti getuk, cara, putri noong, kelepon dan awug,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Bangbayang Asep Riky Darmawan mengapresiasi kepada para pemuda dan masyarakat Dusun Bangbayang Kidul atas dilaksanakan kegiatan budaya tersebut. Pihaknya berharap tradisi ini terus digelar setiap tahun dengan lebih meriah.
“Alhamdulillah tradisi budaya ini sudah masuk dalam kalender even tahunan Kabupaten Ciamis, oleh Disbudpora Ciamis,” pungkasnya. (Ayu/CN/Djavatoday)