Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Kereta tak berkuda atau becak pernah menjadi alat transportasi primadona masyarakat pada tahun 70 dan 80 an. Namun becak kini sudah mulai terpinggirkan. Sejumlah penarik becak di Ciamis masih tetap bertahan meski sepi peminat akibat gempuran transportasi modern.
Salah satunya di kawasan toserba Jalan Perintis Kemerdekaan Ciamis. Nampak ada 6 becak yang berjejer di depan Toserba itu. Mereka tetap bertahan mencari peruntungan mengais rezeki dengan menunggu penumpang.
Ading Suryadi (65), salah seorang penarik becak sejak 1972. Mengaku tetap bertahan karena tidak ada lagi kerjaan lain, apalagi usianya kini sudah tua. Walau pun saat ini jarang ada warga yang naik becak.
“Ya begini kondisinya, sepi. Hanya pindah duduk saja dari rumah ke sini,” ujar penarik becak asal Desa Pawindan, Ciamis, Sabtu (21/10/2023).
Tak hanya gempuran transportasi modern, sepinya becak juga dipengaruhi kondisi ekonomi yang sulit selama beberapa tahun ini. Terutama setelah pandemi Covid-19.
“Sebelum pandemi masih ada 3 sampai 4 penumpang dalam sehari. Penghasilan lumayan bisa dapat sampai Rp 30 ribu. Sekarang, 1 sampai 2 penumpang pun kadang-kadang. Ke rumah paling gede bawa uang Rp 15 ribu, kadang tidak bawa sama sekali,” jelas Suryadi.
Masa Kejayaan Penarik Becak di Ciamis
Suryadi bercerita pernah mengalami masa kejayaan selama menjadi penarik becak. Ia alami masa jaya pada tahun 1985 an hingga tahun 90 an. Suryadi mampu sampai belasan penumpang dalam sehari. Padahal kala itu jumlah becak di Ciamis mencapai 500 unit yang tersebar di beberapa titik perkotaan.
Bukan hanya jadi penarik becak, Suryadi pun sampai-sampai menjadi juragan becak dengan memiliki 12 unit becak. Ia menyewakannya kepada orang lain. Namun saat ini becak yang dimiliki oleh Suryadi hanya 3 unit saja, 1 dipakai olehnya dan 2 lagi oleh orang lain.
“Sejak kondisi terus menurun, becak satu per satu saya jual. Ada yang ke rongsok ada juga ke orang yang butuh dan dijadikan becak motor,” jelasnya.
Suryadi adalah penarik becak yang paling lama bertahan. Ia bertekad menjadi penarik kereta tak berkuda itu sampai akhir hayatnya.
“Zaman sudah berubah. Orang-orang sekarang punya alat transportasi sendiri, beli sepeda motor sangar mudah. Kondisi ini bukan hanya kami saja rasakan, tapi juga ojek dan angkot,” pungkasnya. (Ayu/CN/Djavatoday)