Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Musim kemarau yang terjadi saat ini menimbulkan bencana kekeringan. Saat ini sejumlah lahan sawah di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mengalami kekeringan hingga gagal panen atau puso.
Menurut catatan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, ada sejumlah kriteria lahan sawah yang terpantau mengalami kekeringan. Total ada 18 kecamatan yang saat ini terdampak kekeringan.
Rinciannya, kriteria ringan seluas 18 hektare, kondisi sedang dengan luas 103 hektar, kondisi berat 86 hektare. Seperti di Kecamatan Banjaranyar, Pamarican, Cimaragas, Cisaga, Cihaurbeuti, Sadananya dan Sukamantri.
Sementara itu, padi yang mengalami gagal panen atau puso sebanyak 108 hektare. Padi yang puso itu tersebar di 3 kecamatan.
“Ada lahan sawah yang puso di 3 kecamatan, yakni Kecamatan Banjarsari seluas 55 hektare, Kecamatan Pamarican seluas 52 hektare dan Kecamatan Cimaragas 1 hektare,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ciamis Slamet Budi Wibowo melalui Sekdis Pertanian dan Ketahanan Pangan Ciamis Armina, Jumat (22/9/2023).
Lahan yang puso terjadi karena para petani menanam padi pada saat menjelang musim kemarau. Sehingga pada saat kemarau, tanaman padi tidak mendapat pasokan air yang cukup hingga mengalami kekeringan karena tidak adanya sumber air.
Ada pun upaya yang dilakuka Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ciamis dan petani untuk mengatasi kekeringan tersebut. Seperti pompanisasi di berbagai wilayah yang masih memiliki potensi air sungai atau sumur bor.
Kemudian gilir giring air untuk mengefisiensikan penggunaan air. Termasuk dengan pembersihan saluran air atau irigasi sebagai upaya normalisasi.
Pemerintah juga meminta para petani untuk mengganti komoditas tanaman dengan tanaman palawija. Hal ini dilakukan agar produktif pangan tidak terganggu meskipun terdampak kekeringan.
“Jadi pada musim kemarau ini kami telah meminta pada petani untuk mengganti komoditas tanaman dengan palawija, agar produktif pangan tidak terganggu,” jelasnya. (Ayu/CN/Djavatoday)