Berita Ciamis (Djavatoday.com),- Ada sebuah batu berbentuk menyerupai topeng di Situs Gunung Jaha, Kelurahan Linggasari, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis. Konon batu tersebut memiliki cerita misteri dan ada aura magisnya.
Terlihat jelas, batu itu mirip dengan sebuah topeng. Di mana terdapat dua lubang seperti mata, ada juga hidung dan mulut. Batu itu tersimpan di pinggir jalan gang akses masuk menuju makam Jayengpati Wirautama pimpinan daerah Cibatu.
Konon menurut cerita masyarakat, sejak dulu batu topeng itu tidak pernah pindah. Masyarakat membiarkan batu itu berasal di tempat tersebut dan tak ada yang berani memindahkannya.
Thio Renaldi alias Bang Sufi, Pegiat Budaya Galuh, mengatakan batu tersebut konon sebagai sebuah karya seni pada masa Kerajaan Galuh. Layaknya seperti topeng seni bebegig, namun bedanya bahan yang terbuat dari batu.
“Batu topeng itu diduga sebuah karya seni pada era Kerajaan Galuh. Batu itu sengaja ditempatkan di tempat yang dikeramatkan. Dulu sebelum masa peradaban Islam, percaya benda batu yang dibuat itu mengandung unsur kekuatan gaib,” ujar Thio.
Pada masa Kerajaan Galuh, orang masih mengenal istilah dangiang dan sanghiang. Maksud dari sanghiang adalah pencipta, sedangkan dangian adalah makhluk halus atau gaib.
“Batu Topeng itu sengaja disimpan di Situs Gunung Jaha sebagai tanda jejak peradaban masa lalu. Tujuannya agar generasi penerus dapat melestarikan dan tidak merusaknya. Adanya unsur mistik untuk menjaga dari hal-hal negatif,” jelasnya.
Mitos Batu Topeng Situs Gunung Jaha
Menurut Thio, batu topeng Situs Gunung Jaha tersebut memiliki cerita mitos yang cukup kental di masyarakat. Konon batu itu dijaga oleh sosok perempuan dengan sebutan Dewi Nawang Mulan.
“Memang hal gaib itu tidak tentu, bisa mewujudkan apa saja,” katanya.
Konon batu itu tidak bisa dipindahkan dari tempat asalnya. Pernah ada beberapa yang pernah memindahkan batu tersebut. Namun orang tersebut malah sakit dan didatangi makhluk gaib. Percaya atau tidak, menurut Thio peristiwa itu pernah terjadi.
“Batu itu kembali ke tempat asal, orang yang memindahkannya sakit. Sekarang saja kenapa batu tersebut ada dipinggir jalan, itu karena tidak ada yang berani memindahkan. Ketika ada pembangunan jalan juga, pekerja tidak berani memindahkan batu tersebut,” pungkasnya. (Ayu/CN/Djavatoday)