Indonesia saat ini sedang mengalami lonjakan kasus virus Covid-19. Menurut laporan WHO, ternyata virus Covid-19 lebih mudah menyerang lansia, orang yang mengidap penyakit kronis serta mereka yang memiliki sistem imun tubuh yang lemah. Akhir-akhir ini kita sering mendengar informasi bahwa vitamin D mampu cegah virus Covid-19. Benarkah demikian?
Keistimewaan vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin yang larut dalam lemak prohormon dan mempunyai peran penting bagi kesehatan tubuh. Nama lain dari Vitamin D adalah kalsiferol. Umumnya vitamin D dikenal sebagai vitamin yang membantu dalam proses pembentukan sruktur tulang dan gigi
Menurut studi dari National Institutes of Health dikatakan bahwa vitamin D memiliki sifat antiinflamasi dan imunoregulasi. Keduanya sangat penting untuk aktivasi pertahanan sistem kekebalan tubuh.
Vitamin D juga dapat meningkatkan fungsi sel-sel kekebalan yang berfungsi melindungi tubuhmu dari bakteri dan juga patogen. Penelitian yang dilakukan oleh University of Chicago Medicine juga menunjukkan fakta bahwa, kebutuhan vitamin D yang tercukupi dalam tubuh seseorang dapat mengurangi tingkat keparahan dari infeksi virus Corona.
Baca juga : Kenali Vaksin Moderna yang Dikirim Amerika untuk RI
Makanan yang mengandung vitamin D
Vitamin D dapat diperoleh dari makanan. Makanan yang kaya akan kandungan vitamin D diantaranya ikan salmon, jamur, kuning telur, tuna, keju, pisang, susu, kiwi, brokoli, tahu dan tempe.
Tubuh juga akan memproduksi vitamin D secara alami saat kamu berjemur di bawah sinar matahari. Lakukan kegiatan berjemur sekitar 15-20 menit pada pukul 08.30 – 10.00 di pagi hari.
Mengonsumsi suplemen vitamin D
Mengonsumsi suplemen vitamin D tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk bayi sampai umur 1 tahun, direkomendasikan untuk mengonsumsi vitamin D sebanyak 400 IU/hari, umur 1-70 tahun sebanyak 600 IU/hari dan untuk usia 70 tahun ke atas sebanyak 800 IU/hari.
Meski penting untuk imunitas tubuh, namun hindari mengonsumsi suplemen vitamin D dengan dosis yang tinggi dan tidak boleh melebihi 4.000 IU/hari. Dosis yang berlebihan malah akan menganggu kesehatan dan menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, sembelit, hiperkalsemia, gangguan irama jantung bahkan menyebabkan kerusakan ginjal. (Willy/Djavatoday)